Menyikapi Dunia Dengan Benar


Suatu ketika Ibnu Mas’ud melihat Rasulullah tidur di atas selembar tikar. Ketika bangkit dari tidurnya tikar tersebut meninggalkan bekas pada tubuh beliau. Berkatalah para sahabat yang menyaksikan hal itu, “Wahai Rasulullah, seandainya boleh kami siapkan untukmu kasur yang empuk!”

Beliau menjawab :

“Ada kecintaan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan di bawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya.”
(HR. At-Tirmidzi no. 2377, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih At-Tirmidzi)

Umar ibnul Khaththab pernah menangis melihat kesahajaan Rasulullah sampai beliau hanya tidur di atas selembar tikar tanpa dialasi apapun. Umar berkata :

Aku melihat bekas tikar di lambung/rusuk beliau, maka aku pun menangis, hingga mengundang tanya beliau, “Apa yang membuatmu menangis?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh Kisra (raja Persia, –pent.) dan Kaisar (raja Romawi – pent.) berada dalam kemegahannya, sementara engkau adalah utusan Allah.” Beliau menjawab, “Tidakkah engkau ridha mereka mendapatkan dunia sedangkan kita mendapatkan akhirat?”
(HR. Al-Bukhari no. 4913 dan Muslim no. 3676)

Dalam hadits yang mulia ini Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam menjelaskan umur dunia dibandingkan akherat. Dunia ini ditempati beberapa saat saja dari waktu siang. Beliau n memberikan perumpamaan agar dapat tertanam dalam kalbu setiap muslim tentang hakekat dunia.

Beliau menegaskan sikap yang benar terhadap dunia dengan ungkapan: perumpamaan aku dengan dunia tidak lebih seperti seorang yang berkendaraan berangkat berjalan di siang panas yang terik, lalu bernaung di bawah pohon beberapa saat dari siang hari, kemudian beristirahat dan meninggalkannya.

Demikianlah seharusnya seorang muslim bersikap seperti seorang yang sedang bepergian kesatu tempat, lalu karena kelelahannya akibat beratnya kehidupan dunia ini, ia beristirahat sebentar untuk mengembalikan kembali kebugarannya dengan mengambil dan memanfaatkan kenikmatan dunia sesuai kebutuhannya untuk melanjutkan perjalannya menuju akherat.

Seorang Muslim tidak boleh terpedaya dengan kehidupan dan perhiasan dunia sebab dunia ini fana dan akan ia tinggalkan hanya dalam waktu beberapa saat saja, sebagaimana diungkapkan Rasulullah Shallalahu ‘alahi wassalam dengan berisitirahat dibawah pohon.

Sudah seharusnya seorang muslim mencari penghidupan dunia dan kekayaannya dengan memenuhi dua hal :

Pertama: Mencari dan memperolehnya dengan jalan yang telah disyariatkan islam dan tidak sama sekali melanggar larangan syari’at.

Kedua: Menjadikan dunia dan perhiasannya sekedar ada ditangannya tidak sampai masuk ke kalbunya. Hal ini berarti kekayaan dan harta duniawi dicari dan diperoleh dalam rangka mencari keridhaan Allah semata dan dikeluarkan hanya dijalan Allah. Sehingga kalbunya tetap berada diatas ketaatan Allah walaupun kekayaan dan perhiasan dunia ada digenggamannya.

Marilah semua kekayaan dan harta yang kita miliki dipergunakan dijalan Allah, karena kehidupan dunia ini hanya sebentar saja dan perjalanan mencapai syurga Allah sangat panjang sekali.

Beberapa Pelajaran dari Hadits ini.

Kita dapat mengambil mutiara pelajaran dari hadits ini, diantaranya :

Dunia ini hanyalah sementara dan akan hilang, sebagaimana dijelaskan Allah ketika mengisahkan perkataan seorang mukmin dari keluarga dan pengikut Fir’aun yang mengatakan: Hai kaumku, Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan Sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang kekal. (Qs. Ghaafir/40 : 39).

Manusia hidup didunia ini hanya bagian dari perjalannya yang jauh menuju negeri akherat. Karena itu yang berhenti didunia ini dan menjadikannya sebagai tujuan maka akan tersesat dan tidak akan selamat dalam perjalanan tersebut.

Dunia dan kekayaannya boleh dinikmati dan dimiliki namun jangan sampai memalingkan pemiliknya dari ibadah kepada Allah yang merupakan tujuan keberadaannya.

Anjuran bersikap zuhud dengan menjadikan harta dan kekayaan dunia sebagai sarana mencapai kehidupan akherat yang abadi dengan mengeluarkan dan membelanjakannya dijalan Allah.

Bersikap waspada terhadap kecenderungan dan kecintaan terhadap dunia serta lalai dari perjumpaan kepada Allah dihari kiamat.

Hendaknya sabar dalam menghadapi kesulitan dan penderitaan hidup sampai berjumpa dengan Allah dialam akherat nanti.

Menggunakan perumpamaan dalam pengajaran merupakan satu perkara yang penting dalam menanamkan satu ilmu dan informasi kepada anak didik.

Semoga bermanfaat…