Panci yang bisa melahirkan.


Suatu Hari Nasruddin meminjam Panci dari tetangganya. Kemudian mengembalikan panci tsb beserta panci kecil di dalamnya.
Tetangganya bertanya: “Panci kecil ini untuk apa?” Nasruddin menjawab: “Kemarin pancimu melahirkan di rumahku, dan panci kecil itu adalah anaknya.” Tetangganya pun dengan senang hati menerima alasan Nasruddin karena hal itu menguntungkannya.

Sebulan kemudian Nasruddin kembali meminjam panci dari tetangganya.
Teringat kejadian bulan lalu maka tetangganya meminjamkan panci yg berukuran lebih besar kepada Nasruddin dengan harapan akan mendapatkan anak panci yang lebih besar dari sebelumnya.

Hari pun berlalu dan panci tak kembali, esok paginya dia menemui Nasruddin dan bertanya tentang pancinya.
Nasruddin pun menjawab: “Aku turut bersedih karena pancimu telah mati.”
Dengan nada marah dia berteriak: “Bagaimana mungkin panci bisa mati, ini hanya permainanmu saja, kembalikan panciku, segera!!”

Nasruddin: “Mengapa kamu tidak percaya kalau pancimu telah mati sedangkan kemarin kamu percaya bahwa pancimu telah melahirkan??”***

Banyak dari kita yang menerima segala bentuk kebohongan jika itu menguntungkan kita. Dan menolak kebenaran/kejujuran jika itu merugikan kita

Imam Ali berkata:
“Seseorang itu tak akan mengecap rasanya iman, sebelum bisa menolak kebatilan meskipun dari teman akrabnya, dan menerima kebenaran meskipun dari musuhnya!”